Garutexpo.com – Minimnya alokasi anggaran pendidikan dari pusat hingga daerah mendorong munculnya gagasan untuk membangun kesadaran kolektif masyarakat dalam menjaga fasilitas pendidikan. Sekretaris Dewan Pendidikan Kabupaten Garut, Dedi Kurniawan, SE., M.Si, menyerukan pentingnya Gerakan Masyarakat Merawat Sekolah (GEMAS) sebagai langkah nyata di tengah keterbatasan anggaran pemerintah.
Menurut Dedi, meskipun secara konstitusional anggaran pendidikan ditetapkan sekurang-kurangnya 20 persen dari APBN dan APBD, namun realitas di lapangan masih jauh dari harapan. Ia menjelaskan, porsi 20 persen pada APBN memang terpenuhi, tetapi tidak seluruhnya untuk sekolah formal, melainkan mencakup berbagai jenis pendidikan termasuk kedinasan yang nilainya cukup besar.
“Ketika kondisi anggaran pendidikan masih ditafsirkan berdasarkan asumsi penguasa, maka dampaknya sangat terasa pada sarana dan prasarana pendidikan di seluruh wilayah, termasuk di Garut,” ujarnya, Ahad (8/11/2025).
Dedi menyoroti bahwa APBD Kabupaten Garut belum mencapai 20 persen untuk sektor pendidikan. Akibatnya, banyak sekolah mengalami kerusakan parah karena faktor usia dan bencana alam. Ia bahkan menemukan sejumlah sekolah, terutama di wilayah Garut Selatan, tidak memiliki fasilitas WC, sehingga siswa terpaksa menumpang ke rumah warga, kantor desa, atau bahkan buang air di kebun dan semak-semak.
“Banyak bangunan sekolah yang awalnya hanya bocor di bagian atap, tapi karena dibiarkan bertahun-tahun akhirnya rusak berat. Padahal kalau sejak awal diperbaiki bersama, kerusakan itu bisa dicegah,” ungkapnya.
Melihat kondisi tersebut, Dedi mengajak semua pihak untuk berperan aktif. Ia menekankan pentingnya sinergi antara pemerintah, komite sekolah, orang tua, kepala desa, dan masyarakat umum dalam menjaga keberlangsungan bangunan sekolah.
“Dalam istilah Sunda, kedah sabanda sataksa, artinya kita harus seirama dan sejalan. Masyarakat perlu lebih peka terhadap kondisi sekolah di lingkungannya,” tuturnya.
Dedi berharap Gerakan Masyarakat Merawat Sekolah (GEMAS) bisa menjadi gerakan nyata yang tumbuh dari kesadaran bersama. Sekolah, kata dia, bukan hanya aset pemerintah, melainkan juga aset masyarakat yang harus dijaga karena menjadi tempat anak-anak menimba ilmu dan masa depan bangsa dibentuk.
“Mari kita bangkitkan lagi kesadaran kolektif ini. Kepala sekolah, guru, komite, orang tua, dan seluruh elemen masyarakat harus peduli. Mari kita rawat sekolah kita bersama-sama demi pendidikan yang lebih baik di tengah keterbatasan anggaran,” pungkasnya.(*)


