GARUTEXPO – Angka pengangguran terbuka di Kabupaten Garut mencapai tingkat yang cukup mengkhawatirkan, yakni 7,2 persen dari total populasi usia kerja. Data ini mengindikasikan bahwa sekitar 105.000 orang di wilayah tersebut masih belum memiliki pekerjaan tetap.
Kepala Kantor Cabang Dinas (KCD) Pendidikan Wilayah XI Garut, Aang Karyana, menyebutkan bahwa tingginya angka pengangguran ini menjadi salah satu tantangan utama yang perlu segera diatasi.
“Angka ini menunjukkan bahwa kita harus lebih fokus pada peningkatan keterampilan kerja dan menciptakan lebih banyak peluang kerja, terutama untuk lulusan sekolah menengah,” ujar Aang saat di wawancarai sejumlah awak media di kompleks Bakorwil, Jalan Ahmad Yani No 19 Garut Kota, Rabu, 08 Januari 2024.
Untuk mengurangi angka pengangguran, Aang menekankan pentingnya peran Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dalam mencetak lulusan yang siap kerja. Salah satu langkah yang telah dilakukan adalah bekerja sama dengan Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disnakertrans) untuk mengadakan kegiatan job fair (Jopper) secara rutin.
“Tahun 2024, kami sudah menggelar beberapa kegiatan Jopper yang melibatkan perusahaan-perusahaan. Dampaknya cukup positif, dan kami berharap angka pengangguran ini bisa terus menurun,” sambungnya.
Aang juga mengusulkan agar semua SMK, baik negeri maupun swasta, ikut berkontribusi dalam mengadakan job fair. “Jangan hanya sekolah pusat keunggulan (PK) yang melaksanakan. Semua SMK harus ikut, dan bisa bekerja sama dengan CSR perusahaan untuk mendukung kegiatan ini,” jelasnya.
Dengan kolaborasi antara dunia pendidikan, pemerintah, dan sektor swasta, Aang optimis angka pengangguran di Garut dapat ditekan secara signifikan dalam beberapa tahun ke depan.(*)