GARUTEXPO– Dua mantan karyawan perempuan Petugas PNM.MEKAR Cabang Cilawu Garut, (TA), (IS), dan (DA), membeberkan pengalaman pahit mereka selama bekerja di PNM.MEKAR, melibatkan dampak psikologis dan pengeluaran dana talang senilai jutaan rupiah.
(TA), 21 tahun, yang telah bekerja selama 4 tahun, menuturkan bahwa ketidaknyamanannya di PNM.MEKAR Cilawu disebabkan oleh minimnya jaminan keselamatan saat berada di lokasi nasabah, terutama di perkampungan. Tugas yang melibatkan jam kerja hingga pukul 22.00 membuatnya merasa terbebani.
Kedua, tekanan dari pimpinan cabang, Pimcam PNM.MEKAR Cilawu, untuk menyelesaikan tagihan nasabah hingga larut malam menjadi beban berat bagi mereka. Hal ini membuat ketiganya, (TA), (IS), dan (DA), merasa tidak sanggup melanjutkan pekerjaan dan tidak memiliki dana talang untuk menalangi angsuran nasabah.
“(TA) menyampaikan bahwa jika tidak ditangani, kami tidak bisa pulang ke kantor karena sering diomeli oleh pimpinan cabang. Saya terima kritik untuk meningkatkan kualitas kerja, tapi terus-menerus menalangi tanpa dana adalah hal yang sulit,” tandasnya.
Total dana talang yang dikeluarkan oleh ketiganya mencapai Rp.8,5 juta. Mereka siap memberikan keterangan dan bukti kepada pihak PNM.MEKAR terkait pengeluaran tersebut. (TA) menegaskan niatnya untuk menuntut hak dan uangnya, yang diambil sebagai dana talang, dengan bukti briefing pimpinan yang mengetahui kondisi minus.
Seketika di konfirmasi kepada pimpinan cabang PNM.MEKAR Cilawu, Diani, pada tanggal 12 Januari 2024, tidak mencapai kesepakatan di kantor PNM.MEKAR – Cilawu Garut.
Reaksi dari berbagai kalangan, termasuk ormas dan LSM, menyoroti tekanan psikologis pada petugas lapangan dan menuntut tindakan lebih lanjut.
Aktivis Almagari, Bang Acoy, berencana membawanya ke ranah audiensi DPRD Garut.
“Karena masalah ini dinilai terkait tekanan psikologis yang merugikan,” tandasnya.(*)