Tradisi munggahan -atau kadang disebut punggahan- selalu disambut antusias oleh masyarakat muslim di Indonesia. Biasanya dilakukan pada akhir bulan Syakban, satu atau dua hari jelang bulan Ramadan. Begitu pula pada Ramadan tahun ini, kegiatan munggahan mulai terlihat, baik di masjid maupun pelataran rumah warga. Lalu, apa itu munggahan? Yuk, simak lebih lanjut serba-serbi tradisi munggahan sambut Ramadan di Indonesia!
MEMILIKI MAKNA MENDALAM
Munggahan berasal dari bahasa Jawa “munggah” artinya naik. Maksudnya, keimanan umat Islam diharapkan bisa terus naik dengan masuknya bulan Ramadan. Juga segala kebaikan dan amal saleh di bulan suci dapat dipertahankan pada hari-hari setelahnya. Dengan demikian, kiranya derajat manusia sebagai khalifah di bumi Allah semakin meningkat secara lahiriah dan batiniah.
Baca Juga : Sederet Keunikan Bulan Ramadan yang Hanya Ada di Indonesia
DIPERKENALKAN OLEH SUNAN KALIJAGA
Sunan Kalijaga -seorang tokoh Walisongo- yang terkenal dengan kepiawaiannya menyebarkan agama Islam di Pulau Jawa menggunakan metode akulturasi budaya. Munggahan atau punggahan merupakan salah satu strategi yang ia lakukan. Pelaksanaan tradisi munggahan zaman Sunan Kalijaga digelar di rumah, masjid, atau musala. Kegiatan utamanya adalah berbagi jamuan makanan atau disebut sedekah munggah sebagai wujud rasa syukur atas nikmat Allah dan untuk mempererat silaturahmi antar sesama manusia. Dilanjutkan dengan tahlilan -melantunkan ayat-ayat Al-Qur’an dan kalimat zikir- serta memanjatkan doa kepada keluarga yang telah berpulang maupun orang-orang saleh.
Baca Juga : Pahala Bersedekah Online Untuk Anak Yatim
MENYAJIKAN MENU WAJIB SAAT MUNGGAHAN
Dalam tradisi munggahan di kalangan masyarakat Jawa, ada beberapa hidangan yang wajib disediakan. Makanan tersebut mengandung makna tersendiri menuju bulan Ramadan penuh kemuliaan. Menu yang dimaksud yaitu nasi urap (kluban), bubur nasi, tumpeng, pisang raja (gedang rojo), kue pasung, kue apem, dan ketan. Namun, seiring perkembangan zaman, sajian munggahan menjelang Ramadan tidak terbatas pada menu-menu tersebut. Semakin bervariasi sesuai kemampuan setiap orang.
DIISI DENGAN KEGIATAN KEAGAMAAN
Seperti yang sudah disinggung sebelumnya, munggahan adalah tradisi yang melibatkan partisipasi masyarakat muslim secara massal. Selain berbagi makanan, gelaran ini diisi dengan kegiatan keagamaan lainnya seperti pembacaan tahlil, surat Yasin, dan doa kepada para leluhur yang dipimpin oleh seorang kiai atau tokoh agama. Jika munggahan dilakukan di masjid atau musala, biasanya munggahan ditutup dengan makan bersama (botram) dan bermaaf-maafan. Sebagian individu juga menjalani tradisi nyekar atau ziarah kubur pada siang harinya.
SETIAP DAERAH MEMILIKI ISTILAH BERBEDA
Tak hanya munggahan, sebagian daerah di Indonesia juga menggelar tradisi unik jelang Ramadan. Nama tradisinya pun berbeda. Berikut beberapa tradisi menyambut bulan puasa di berbagai daerah:
- Apeman (Yogyakarta): Membuat adonan dan memasak kue apem
- Arwah Jamak (Demak): Membacakan doa kepada keluarga yang telah meninggal dunia
- Dugderan (Semarang): Kegiatan memukul bedug di masjid-masjid dan dilanjutkan dengan membaca doa
- Kirab Dandangan (Kudus): Seremonial pemukulan bedug masjid oleh para santri
- Kuramasan (Cianjur): Prosesi mandi massal sambil memanjatkan doa oleh pemimpin adat, diikuti dengan gotong-royong membersihkan sampah dan makan bersama
- Malamang (Padang): Membuat lamang yaitu makanan khas Minang dari bahan dasar beras ketan yang dimasukkan ke dalam bambu panjang
- Megengan (Jawa Timur): Kenduri atau jamuan makan di masjid maupun musala
- Meugang (Aceh): Makan daging sapi bersama kerabat dan keluarga
- Munggahan (Jawa Barat): Ziarah ke makam, bermaaf-maafan, kumpul keluarga, dan makan bersama
- Mohibadaa (Gorontalo): Membalurkan ramuan rempah-rempah ke wajah
- Nyadran (Jawa Tengah): Mendatangi makam keluarga yang telah wafat dan menaburkan bunga
- Nyorog (Jabodetabek): Berbagi bingkisan makanan ke keluarga dan saudara yang jauh
- Balimau Kasai (Riau): Mandi dengan air jeruk nipis (limau) dan berbagi daging kerbau kepada anak yatim maupun orang tidak mampu
- Padusan (Boyolali): Mandi, keramas, dan berendam beramai-ramai di sebuah mata air jernih untuk menyucikan diri
- Munggahan (Sumatra Utara): Berbagi makanan dan kumpul bersama keluarga
- Ziarah Kubro (Palembang): Mengunjungi makam para ulama dengan mengenakan pakaian serba putih, lalu pawai beriringan menuju lokasi ziarah
Menarik sekali, ya, Sobi. Nah, dari semua tradisi menyambut Ramadan di atas, mana nih yang kamu lakukan bersama keluarga di rumah?
Jangan segan menambah pengetahuanmu melalui laman Garutexpo.com.
Terima kasih