GARUTEXPO– Menjelang peringatan Hari Jadi Kabupaten Garut ke-211, sorotan tertuju pada pesona dan keelokan warisan bersejarah Garut. Sejarawan dan budayawan Garut, Warjita, menyoroti kolaborasi unik antara gaya bangunan Eropa dan tradisional Sunda yang masih berdiri kokoh, menjadi magnet bagi pengunjung.
Sejak zaman kolonial, keindahan geografis Garut dan perkebunan Belanda menjadi daya tarik bagi penjelajah Eropa.
“Garut dianggap sebagai jantungnya priangan oleh penjelajah Belanda,” ungkap Warjita.
Namun, tidak semua warisan kolonial beruntung. Gedung Jangkung, milik pengusaha dodol Garut pertama, roboh akibat gempa besar pada 1979-1980. Meskipun demikian, upaya pelestarian terus dilakukan, dengan banyak bangunan bersejarah ditetapkan sebagai cagar budaya.
Dalam menyikapi hal ini, Darpan Winangun, pemerhati sejarah Garut, menyayangkan kondisi beberapa bangunan bersejarah yang semakin memudar.Dia mengemukakan dua harapan: pembentukan komunitas pelestarian heritage dan inklusifnya heritage dalam pendataan cagar budaya.
Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Garut, Luna Aviantrini, mengungkapkan langkah-langkah pemerintah dalam pelestarian bangunan Cagar Budaya. Pendataan, penetapan Cagar Budaya, dan pemeliharaan menjadi fokus, meski dihadapi beberapa hambatan seperti kurangnya tenaga ahli dan kurangnya sosialisasi.
Luna menekankan perlunya mengatasi hambatan tersebut agar upaya pelestarian Cagar Budaya di Garut dapat berjalan dengan optimal.
“Peran aktif masyarakat dan kolaborasi lintas sektor menjadi kunci untuk memastikan warisan sejarah Garut tetap lestari di tengah perubahan dan modernisasi,” tandasnya.(*)