GARUTEXPO – Ketua Harian Forum Pemuda Peduli Garut (FPPG), Jajang Mustofa, S.Pd, mengungkapkan kekecewaannya terhadap pelayanan di RSUD dr. Slamet Garut yang dinilai masih jauh dari kata memuaskan. Ia sepakat dengan pernyataan Wakil Bupati Garut, Putri Karlina, bahwa pelayanan di rumah sakit tersebut masih banyak kekurangan, terutama bagi pasien yang menggunakan BPJS.
“Dari dulu pelayanan di RSUD dr. Slamet kurang memprioritaskan pasien BPJS. Keluhan ini sudah lama muncul, tapi perbaikannya belum terasa nyata,” ujar Jajang kepada garutexpo.com, Jum’at 14 Maret 2025.
Sebelumnya, Wakil Bupati Garut, Putri Karlina, menyoroti berbagai permasalahan di rumah sakit tersebut. Menurutnya, selain masalah infrastruktur, banyak pasien yang mengeluhkan sikap tenaga medis yang kurang ramah dan tidak komunikatif.
“Merasakan dulu kalau aku menjadi dia, kau ingin diperlakukan seperti itu. Empati adalah hal yang harus kita punya untuk bisa berkomunikasi dengan bahasa yang baik,” ujar Putri dalam acara pelatihan Service Excellence di Ruang Rapat Unit Organisasi Bersifat Khusus (UOBK) RSUD dr. Slamet Garut, Kecamatan Tarogong Kidul, Kamis, 13 Maret 2025.
Putri Karlina menegaskan bahwa penerapan service excellence harus menjadi prioritas utama di rumah sakit. Ia juga menekankan bahwa rumah sakit berperan penting dalam mendukung perekonomian daerah.
“Pendapatan rumah sakit memang kembali ke institusinya sendiri, tapi kita juga membutuhkan rumah sakit sebagai roda penggerak ekonomi daerah,” tambahnya.
Lebih lanjut, Putri menyoroti perlunya pengawasan ketat dalam meningkatkan kualitas pelayanan. Menurutnya, memberikan pelatihan saja tidak cukup jika tidak ada kontrol dan evaluasi yang berkelanjutan.
“Menyeragamkan kualitas pelayanan dari masing-masing pegawai memang tidak mudah. Direksi RSUD dr. Slamet memiliki pekerjaan rumah yang besar, bukan hanya sekadar memberikan materi pelatihan, tetapi juga harus menekankan fungsi kontrol agar kualitas pelayanan tetap terjaga,” tegasnya.
Putri juga memperingatkan agar pelatihan semacam ini tidak hanya dijadikan ajang seremonial tanpa hasil nyata.
“Jangan sampai pelatihan hanya sebatas laporan kegiatan. Hari ini masuk, besok sudah lupa lagi,” ujarnya dengan nada tegas.
Menanggapi hal ini, Ketua Harian FPPG, Jajang, meminta pihak rumah sakit segera mengambil langkah konkret dalam memperbaiki pelayanan, terutama bagi pasien BPJS yang kerap mendapat perlakuan kurang adil.
“Masyarakat butuh tindakan nyata, bukan sekadar wacana. Jangan sampai pasien BPJS terus-terusan merasa dianaktirikan,” tandasnya.(*)